Vaksin Booster Picu Super Immunity, Tingkatkan Kekebalan Tubuh

Pemberian vaksin booster Covid-19 telah mulai dilakukan sejak pertengahan Januari sebagai alpa satu perlindungan di dalam menghadapi varian Omicron. Selain itu, ahli mengungkapkan terdapat manfaat utama ketimbang vaksin booster. Apa itu?
Dokter spesialis paru Erlina Burhan mengmenyibakkan, vaksinasi booster Covid-19 dapat memicu super immunity, yaitu kondisi adapun membantu seseorang berprofesi lebih kebal terhadap Covid-19.
"Booster dari individu akan belum sudah terinfeksi atau akan naif bisa (membentuk hybrid immunity). Kalau orang tidak ada riwayat (terinfeksi Covid-19) ditambah dengan vaksinasi lengkap ini buat terbentuk super immunity," kata Erlina terdalam sebuah acara daring, Sabtu (22/1).
Super immunity atau hybrid immunity merupakan kondisi kekebalan yang tinggi terhadap semua varian virus corona, terditerima varian yang buat datang. Kondisi ini diketahui muncul cukup individu yang mendapat riwayat terinfeksi Covid-19 dan sudah melakukan vaksinasi dosis lengkap.
Individu memakai super immunity disebut lebih kebal dibandingkan mereka yang belum pernah terinfeksi Covid-19 walaupun sudah divaksinasi.
"Tapi teori ini jangan dicelamengertikan ya, dengan orang-orang yang kemarin sudah imunisasi atau divaksin kemudian menginginkan dirinya terinfeksi karena ingin mendapatkan hybrid immunity. Jangan," tegas Erlina.
Menurutnya, ada cara alternatif adapun dapat digunakan untuk mencapai super immunity atau hybrid immunity ini. Ia menyebutkan, vaksinasi booster, misalnya, dapat membantu memicu super immunity bagi tubuh.
"Kalau sudah dua kali mendapatkan dosis primer, maka agar bisa mencapai hybrid immunity khilaf satu alternatifnya adalah dengan menjalani dosis booster," papar Erlina..
Selain beserta vaksin booster, Erlina juga mengatakan bahwa peningkatan interval antar dosis juga membantu terbentuknya super immunity dalam individu.
"Later boosting atau diperpanjang intervalnya itu meningkatkan ekspansi sel T (golongan sel yang berbicara saat terjadi infeksi) yang efisien bersama persisten ketimbang sel memori. Sehingg, later boosting atau extended dosing interval dari populasi naif dapat meningkatkan kemampuan sel T memori," paparnya.
Kendati demikian, Erlina menyebut perpanjangan interval terbilang tetapi berlaku setinggi-tingginya 10 minggu. Ia kalakian mengingatkan bahwa pembentukan hybrid immunity ini juga perlu mempertimbangkan kira-kira hal, seperti prevalensi atau jumlah kasus Covid-19 di imunitas.
"Kalau prevalensinya lebih hebat, lebih baik yang intervalnya pendek, jangan yang panjang. Kalau kekebalan dari infeksi alamiah tingkatnya hebat mungkin boleh diperpanjang interval dari dosing," sebutnya.
"Jadi jangan membabi buta kalau ada teori mengatakan kalau extended dosing interval vaksinasi ini sewaktu lebih bagus bagi hybrid immunity," ujarnya.